MSG

MSG (Movie,Socmed,Game) Pedang Bermata Dua

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadiid ; 20)

Dari ayat diatas kita bisa mengambil pelajaran untuk seanantiasa waspada terhadap kesenangan dunia yang melalaikan, dalam hal ini penulis menganggap bahwa MSG (Movie, Socmed, Game) termasuk kesenangan yang dapat melalaikan, di era modern. Berawal ketika penulis MENGAMATI aktivitas masyarakat indonesia terutama di ruangan kerja penulis ketika dalam kesibukan banyak fenomena kebiasaan mengkonsumsi MSG (Movie,Socmed,Game). Di temui baik dikalangan mulai anak anak, remaja sampai dewasa bahkan tua tuapun masih belum bisa melepaskan dari MSG. 

Makna sebagai “pedang bermata dua” adalah Bagi sebagian orang memang MSG menjadi salah satu media yang efektif dan efesien dalam mengurangi rasa jenuh akibat terlalu lama bergelut dengan kesibukan, namun di sisi lain justru MSG menjadi ancaman bagi keberhasilan study dan para pembangun bangsa untuk berkarya lebih baik di lingkungan social ataupun di lingkungan industry yang sekiranya MSG sudah merambah sampai ke lini masyarakat bawah.  Memang dari segi efektifitas dan efisiensi komunikasi sangat terbantu, namun berefek pada empati social masyarakat yang sudah mulai memudar karena disibukan dengan MSG. Mungkin target para pembisnis MSG Menjadikan pelanggan seumur hidup menghabiskan waktunya untuk MSG.

            Beberapa saat yang lalu , penulis berteman dengan seorang laki laki yang sering bermain game jam kerja. Kemudian ditegur di jam kerja “awas jangan ngegame terus, nanti jadi moral!” kemudian menjawab “Cuma sebentar (beberapa menit) kok” , ternyata teman penulis tersebut ngegame hingga 1 ½ jam, itupun setelah ditegur kedua kalinya. Contoh yang lain mungkin tidak asing jika sekarang sedang musim game “COC (Clash Of Clan)“ hampir setiap ada waktu luang sibuk menatap layar handphone untuk melindungi “town hall” nya dari ancaman musuh. Sayangnya, aktivitas seperti ini di lakukan setiap ada waktu luang termasuk dalam waktu produktif. Hal serupa juga terjadi pada para penggemar MOVIE , dan juga SOCMED. Terkadang penulis yang perempuan untuk mengisi kejenuhannya melihat film Korean yang menarik untuk dilihat. mulai dari drama percintaan, persahabatan dan kekeluargaa. hal ini tidak bisa lepas dan selalu antusias untuk menyelesaikan Episode demi episode. Seperti layaknya kecanduan yang sudah terprogram dalam memory kehidupan.

Penulis sebelum melakukan penghayatan tentang media perfilman indonesia dan barat pernah juga terjebak dalam kebiasaan menonton film. Terutama film korea yang kalau tidak habis menonton sampai puluhan bahkan ratusan episode penulis belum puas.  Kemudian penulis sering terjebak dengan media social. Setiap 5 menit sekali menyalakan sambungan data membuka facebook, Twitter kadang BBM, Line, You tube untuk melihat kondisi terupdate dari teman teman atau tidak jarang juga ikut berpartisipasi menciptakan sesuatu yang update di media social. Setidaknya dengna tulisan muncul kesadaran dan mawas diri kalau penggunaan MSG agar dibatasi agar jam produktif kita dibunuh oleh kegiatan MSG.

Hal tersebut menjadi masalah jika ternyata sampai menjadi moral , karena moralitas terbentuk dari pembiasaan yang dilakukan berulang ulang.  yang pada akhirnya sulit untuk dikendalikan. Misalkan saat belajar jadi tidak focus.  Waktu belajar dan bermain sosmed, nonton film lebih banyak. karena MSG telah menjadi moral tidak kuat menahan keinginan mengakses MSG pada akhirnya tidak sungkan untuk sering melakukannya di depan teman teman, sahabat, adik adik kita. bahkan sering kita menjadi pioneer untuk selalu update game, film ataupun social media.

Apalagi dilakukan dijam jam produktif.  Otomatis memberikan budaya yang buruk pada saat jam jam produktif.
Dari realitas diatas , penulis menghadirkan rumusan masalah :
1.      Bagaimana efek negative bagi individu dan organisasi/masyarakat jika agen pembangunan memiliki moral MSG?
2.      Bagaimana solusi agar MSG tidak menjadi moral bagi kita ?

Efek Negative
Bagi Individu
1.    Merusak Konsentrasi Belajar dan Bekerja
Bagi agen pembangunan yang masih duduk di bangku pendidikan baik belajar di SMA/SMK atau Kuliah, saat memahami suatu ketrampilan atau wawasan baru, terkadang memerlukan konsentrasi tinggi demi pemahaman yang utuh. Bahkan tidak jarang memerlukan waktu berulang ulang untuk membaca , memahami, dan berlatih. Jika memiliki moral MSG maka aktivitas belajarnya tidak akan fokus, misalkan baru membaca buku 1 bait buku di halaman pertama sudah ingin segera mengakhiri membaca buku dan membuka game. Hasrat untuk berlatih berulang kali akan tertunda karena digantikan keinginan untuk mengakses MSG. hal ini sangat rawan dalam pembentukan pemahaman dan ketrampilan agen pembangunan.
Demikianpun yang bekerja, sering kali merasa hati was was karena belum melihat, mengupdate media social.  Hal ini bisa memecah focus bekerja. Kerja bisa tidak optimal.

2.     Mengurangi waktu produktif berkarya
Jika kebiasaan MSG kita lakukan di jam produktif, sudah otomatis waktu kita untuk menghasilkan karya (Amal saleh) akan semakin berkurang, bahkan jika sudah menjadi reflek maka “waktu luang = MSG” , bukan  amal saleh lagi. Apakah kita sudah merasa yakin masuk surga dengan mengorbankan waktu luang untuk MSG? jangan sampai hal ini menjadikan kita termasuk sebagai manusia yang merugi akibat lalai memanfaatkan waktu seperti tergambarkan di surat Al-Asr ayat 1-3.

3.    Mengikis terbentuknya “kualitas maximal” dalam diri individu
Jika dalam sehari kita terbiasa menonton 1 movie/film dengan durasi minimal 2 jam, dalam seminggu kita sudah kehilangan waktu 14 jam. Misalkan jika kita konversikan untuk baca buku 1 jam , maka kita sudah bisa memahami 30 halaman per jam. Secara full dalam 1 minggu. Jika dikonversikan 1 bulan maka ada 4 buku yang sudah kita khatamkan/fahami. Kemudian jika waktu tersebut kita konversikan untuk belajar bahasa inggris semisal menghafal 10 vocab baru perjam , maka dalam seminggu ada 140 vocab, dalam 1 bulan ada 560 vocab yang kita telah hafalkan.

Kemudian jika waktu 2 jam untuk menghafal ayat suci al-qur’an berapa jus yang akan kita khatamkan. Belum termasuk jika dalam sehari juga aktif bermain game dan socmed, biasanya untuk menuntaskan game membutuhkan minimal 4 jam. maka setidaknya kita telah mengambil waktu produktif untuk menyelesaikan game. Sungguh Betapa bermanfaatnya waktu bagi pembentukan kualitas diri jika akal kita mampu memanfaatkannya.

Bagi Organisasi/Masyarakat
1.    Menghambat terciptanya karya karya baru, terlebih yang berkualitas
Mungkin ada benarnya dalam perusahaan bisnis terdapat aturan jam kerja, dimana jika karyawan ketahuan santai atau tidak melaksanakan pekerjaan mendapatkan sanksi pemecatan, pada akhirnya hasil produksi bisa mencapai target bahkan lebih, efeknya perusahaan semakin maju.
Untuk SDM yang berada dan berperan di organisasi bisa jadi karya yang dihasilkan SDM yang sebatas gugur kewajiban tanpa adanya upaya berkarya lebih banyak , dengan kualitas yang lebih tinggi. Tentunya untuk menghasilkan karya tersebut memerlukan fokus yang tinggi, saya kira sangat sulit jika disisi lain disibukkan dengan aktivitas MSG yang mungkin sudah menjadi candu bagi SDM organisasi.
Untuk Kita yang berada di masyarakat. Berperan untuk Pembangunan masyarakat tentunya membutuhkan kualitas kinerja yang bisa menghasilkan karya karya pembangunan. kualitas kita dalam peran juga dikorbankan untuk kegiatan MSG. Kualitas kinerja yang seharusnya bisa dioptimalkan untuk menghasilkan karya pembangunan menjadi terhambat. sehingga berefek pada kerusakan masyarakat bukan malah membangun masyarakat. Misalkan seorang guru, yang harusnya dia mengajar karena di sela sela nya update film, sosmed maka kualitas kepengajaranlah yang dikorbankan ke murid muridnya berefek pada murid muridnya yang tidak mendapatkan keahlian. ketika tidak mendapatkan keahlian maka guru tersebut berkontribusi pada pengangguran anak anak bangsa. 

2.    Membunuh semangat produktif organisasi dan semangat pembangunan bangsa
Untuk SDM yang berperan di organisasi
Ketika SDM organisasi bermoral MSG maka jika dihadapkan waktu luang reflek yang dilakukan adalah memprioritaskan MSG nya, lebih terpacu mengupgradescore tertinggi gamenya, mengkhatamkan daftar list movie yang dimilikinya, mengupdate status yang menarik dan senantiasa mengamati sudah berapa banyak kerabat yang memberikan “like” serta komentar. Dapat dibayangkan akan sangat minim sekali reflek reflek kegiatan yang sekiranya bermanfaat bagi pembangunan organisasi. Seorang musisi bernama Bondan Prakoso bisa terampil memainkan instrument bass saja butuh waktu hingga 6 Jam per hari, bagaimana dengan kita yang butuh memiliki ketrampilan pembangunan masyarakat (keluasan dan dinamikanya lebih kompleks)?
Untuk Kita yang berada di masyarakat. Yang memiliki semangat untuk pembangunan bangsa. Akan membunuh semangat pembangunan para faunding father. Kita mengondisikan masyarakat untuk produktif dalam sosmed, menonton film, update dunia hiburan dan bermain games. Kita akan berkontribusi pada Kecanduan masyarakat bukan kinerja untuk membangun ekonomi, politik, hukum, social, budaya. Tapi membangun sistem untuk membuat candu masyarakat akan MSG.  Tentunya akan berdampak pada kerusakan masyarakat yang menjadi pelanggan tetap seumur hidup dengan MSG. Primodial kinerja membangun bangsa menjadi memudar dan saat itulah menunggu kehancuran suatu bangsa.

Menjadi primordial baru yang menandingi semangat visi organisasi dan semangat pembangunan bangsa
Untuk SDM yang berperan di organisasi
Jika pembangunan masyarakat tidak mudah dicapai, memerlukan kerja keras tinggi, maka perilaku yang di primordialkan seharusnya adalah perilaku produktif, memikirkan sunnatullah kesuksesan berjuang, berkompetisi , bersaing karya dan prestasi bahkan dalam setiap harinya. Jika MSG menjadi primordial (perilaku yang selalu dianggap benar), maka hal yang senantiasa diunggulkan , dibicarakan, adalah pembicaraan mengenai MSG misalkan berkompetisi dalam perolehan score game, sekalipun score gamenya paling tinggi toh tidak ada efek apa apa dalam misi pembangunan masyarakat. Jika mayoritas agen pembangunan dalam organisasi memprimordialkan MCG , maka perilaku yang Nampak lebih dominan seperti tersebut diatas dan  semangat visi organisasi hanya terasa wacana / tempelan madding belaka. maka menunggulah kehancuran organisasi tersebut.
Untuk Kita yang berada di masyarakat. Yang memiliki semangat visi misi pembangunan bangsa.  Akan membentuk primodial baru. Masyarakat tidak memprimodialkan para faunding father bangsa tapi memprimodialkan game, sosmed dan film. Semangat pembangunan akan luntur, kekuatan berfikir masyarakat akan daya kritis dengan produktif kerja akan turun maka kehancuran bangsa akan terjadi.
Solusi
1.    Membuat Schedule Aktivitas Harian
Dengan adanya schedule aktivitas harian yang tertata di setiap jam beserta target harian, setidaknya akan membuat kita lebih terkondisikan untuk melakukan aktivitas sesuai rencana, dalam schedule aktivitas MSG harian setidaknya bisa dialokasikan tersendiri di luar jam produktif dengan durasi yang masih wajar, terutama bagi pecandu berat MSG. Namun, Lebih baik lagi semisal agenda MSG diagendakan seminggu sekali dalam waktu yang sewajarnya. Misalkan agenda menonton film hanya di malam minggu (2 jam). Melihat Face book, Twitter, Line dialokasikan di jam istirahat misalkan hanya 15 menit – 30 menit. setelah itu focus untuk belajar, bekerja. namun lebih baik waktu istirahat digunakan untuk merefres pikiran dan perasaan dengan sholat, memandangi lingkungan sekitar. sehingga bisa menimalisir kebiasaan.
Ataupun bagi yang sering nonton film setidak mengurangi menonton film yang berbau percintaan. Upayakan ada daya nalar kritis dan didampingi oleh orang tua atau orang dewasa agar tidak keseringan dan menjadi kebiasaan hingga sampai terlena.

2.    Memberlakukan Aturan berorientasi pengendalian
Membangun aturan baik diri sendiri ataupun teman yang seprimodial MSG. mulai dari aturan penggunaan di jam jam tertentu dan batas tertentu. Tidak boleh berlebihan. Jika disarankan aturan diorientasikan untuk pembangunan budaya yang produktif agar bisa mengurangi penggunaan MSG.

3. Tidak menjadikan aktivitas MSG sebagai primordial dengan control bersama
Jika sudah terfahami bahwa MSG lebih banyak efek negative  dilakukan maka sudah selayaknya setiap agen pembangunan / sdm organisasi memiliki kesadaran tinggi untuk menghindari aktivitas yang membuat aktivitas MSG. Kesadaran tinggi untuk mengendalikan diri sendiri agar tidak terlalu sering mengakses MSG, dan lebih penting lagi mau mengingatkan rekan seperjuangannya jika ternyata keasyikan mengakses MSG , karena hal tersebut bagian dari pengorbanan diri untuk menyelamatkan dan memajukan organisasi kita tercinta. Semoga niat tersebut menjadikan kita masuk golongan orang orang mencari keridhoan ALLAH.Seperti tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 207 berbunyi :

“Dan diantara manusia ada orang orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah dan Allah maha pengampun kepada hamba-hambaNya”

Ya ALLAH , Lindungilah kami dari bahaya waktu luang..
Jangan masukkan kami dalam golongan orang orang yang merugi…
Mudahkan kami memanfaatkan waktu luang, Sebagai bekal kami menuju surgaMU..

Komentar

Trendingkanlah

Eliminasi Gauss-Jordan dengan Python

"Aplikasi data anggota perpustakaan serta transaksi peminjaman dengan RFID dan Wemos ESP8266 berbasis Internet of Things."

Menjadi Agen Pembangunan dengan pendekatan Rumus Fisika Energi Mekanik

Kebenaran yang bersifat Aksioma

Sejarah Ibnu Sina Karya dan Kebesarannya

Hakikat Masa Depan

Hakikat Sarjana, dari Resensi Buku Bukan Sarjana Muda